Senin, 25 Oktober 2010

Laka-Leke: Kuliner Bebek Jumbo di Pelosok Ubud Bali

Pekerjaan mengharuskan saya lagi-lagi menghabiskan waktu untuk kunjungan ke Pulau Bali. Bicara soal tanah para dewata ini memang tidak pernah ada habisnya. Mulai dari gemerlap serta hiruk-pikuk suasana Kuta di malam hari, indahnya seni ukir tebing di Tabanan, menikmati pijatan lembut sekujur tubuh di atas putihnya pasir Pantai Sanur, menenggak kerasnya arak Bali sambil dikelilingi puluhan lutung Kintamani, mistisnya Forest Monkey di Ubud, dan tentu masih banyak lagi. Namun kali ini, saya beruntung bisa merasakan satu lagi keunikan wilayah tengah Indonesia ini dari sisi kulinernya.

Sekitar 20 menit dari sentral Ubud, saya tiba di sebuah restoran bernama Laka-leke. Sepanjang perjalanan Anda akan disuguhkan nuansa pemukiman penduduk lokal, yang tentunya identik dengan tugu-tugu dan pura pemujaan di tiap halaman rumah. Laka-leke memang mengambil konsep the hide runaway restaurant. Jauh dari keramaian jalan protokol, sekaligus berlokasi tepat di tengah desa.

Sesampainya di lorong gapura sebagai pengganti pintu masuk, 2 gadis belia langsung menyambut dan menyematkan anggrek kuning harum di telinga saya. Interior bangunannya sengaja didesain melalui perpaduan klasik modern, etnik ranah Bali, dan semi outdoor. Area tengah Laka-leke dijadikan selasar terbuka tempat pertunjukkan beragam kesenian tari dan musik. Tari Kecak, tari Pendet, tari Prajurit, sandiwara Mahabarata, monolog Hanoman, gamelan, dan lain -lain. Anda sebut saja, Laka-leke siap mengeksekusinya. Sebelah utara selasar, membentang hijau sawah dengan centilnya suara sekumpulan bebek. Sedangkan kiri dan kanan merupakan saung-saung workshop beragam kerajinan khas, seperti topeng, lukisan telur, kain, dsb. Hemmhh...sulit menemukan kombinasi senatural ini di Jakarta, bukan?


Setelah menyantap hidangan pembuka berupa sup ayam dengan rempah tradisional Ubud, kejutan be
rikutnya menggoda saya saat pesanan makan siang utama pun datang. Aroma potongan jeruk Bali menguak seiring piring anyaman kayu menghampiri meja. Ah..benar saja ternyata penciuman saya tidak salah. Sepotong bebek bakar berukuran jumbo tersaji manis dengan tumisan kacang panjang dan tauge ditaburi serbuk kelapa. Dua tusuk sate ikan lilit juga ikut menemani. Tak lupa tahu putih Cina berpadu dengan sambal goreng serta kecap rawit semakin menyempurnakan menu ini. Lapisan bumbu di tiap sobek daging bebeknya benar-benar empuk namun tetap gurih. Istimewanya, para pramusaji yang berada di sekitar meja makan bertanya sesekali apakah mau tambah nasi, kerupuk, sambal, atau lauk pauk ringan lainnya secara gratis. Tanpa tambahan biaya.



Sebagai penyeimbang, segelas mix juice akhirnya menetralisir rasa keseluruhan. Jangan pikir agenda makan siang sudah selesai. Sebab nyatanya semangkuk mungil es krim kopyor lah yang menjadi pamungkas penutupnya.

Laka-leke sangat cocok bagi Anda yang sedang berlibur bersama keluarga. Selain mutu kualitas makanan dan minuman yang baik, Anda juga bisa mengajak si kecil belajar kesenian Bali secara singkat di sana, seperti melukis topeng dan telur untuk anak-anak misalnya. Tidak salah pula jika Anda hendak membawa rombongan besar, karena tempat unik ini sanggup menampung pengunjung hingga 100 orang. Jadi jangan melewatkan Laka-leke Ubud Bali di jadwal liburan Anda selanjutnya. (Vto)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar